Foto : Satu persatu yang terjaring razia di tes PMS oleh Dinkes Paluta, Rabu (01/06/2022) dini hari. |
PADANG LAWAS UTARA - Sebagai upaya untuk pencegahan ancaman penularan Penyakit Menular Seksual (PMS) serta virus HIV/AIDS, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) menggandeng Dinas Kesehatan Paluta melakukan razia penertiban tempat hiburan malam dan warung tuak di wilayah kabupaten Paluta, Selasa (31/05/2022) malam.
Pelaksana tugas Kepala Satpol PP Paluta Indra Saputra Nasution menyebutkan, kerjasama dengan Dinas Kesehatan ini sebagai langkah dalam mencegah penyebaran penyakit PMS atau HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.
“Untuk pencegahan penularan PMS jika ada yang terindikasi, kita gandeng Dinas Kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan penyakit menular,” ujarnya.
Katanya, ada 11 orang wanita dan 1 orang waria yang diduga bekerja sebagai pemandu karaoke atau wanita penghibur diamankan petugas dan dibawa ke kantor Satpol PP dari sejumlah karaoke dan tempat hiburan serta warung tuak di wilayah kabupaten Paluta.
Selain diberikan pembinaan, tim kesehatan dari Dinkes Paluta melakukan pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan indikasi PMS maupun penyakit menular lainnya.
“Semua yang ditertibkan, dilakukan tes darah untuk memastikan tidak adanya yang terjangkit penyakit menular,” katanya.
Jika ada yang terindikasi atau reaktif mengidap PMS, maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan serta penanganan medis terhadap yang bersangkutan secara berkelanjutan.
Indra menambahkan, kegiatan penertiban yang dilakukan secara rutin dan berkelanjutan ini juga merupakan upaya untuk meminimalisir pekat serta menjawab keluhan masyarakat terhadap keberadaan tempat hiburan malam yang ada.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Paluta dr Sri Prihatin Harahap diwakili Kabid P2P dr Afrida Henny Simamora menyebutkan bahwa pihaknya membawa tim kesehatan dari Dinkes Paluta bersama tenaga kesehatan dari Puskesmas Gunungtua.
“Kita melakukan pemeriksaan melalui tes darah serta screening dan memberikan konseling terkait bahaya penularan PMS,” terangnya.
Afrida menjelaskan, gangguan atau indikasi PMS ini tidak selalu menimbulkan gejala tertentu. Karena itulah, seseorang dapat tertular penyakit ini dari seseorang yang tampak sehat dan tidak terlihat jika dirinya telah terinfeksi.
Sebab katanya, penularan PMS ini tidak selalu melalui hubungan seksual, namun dapat menyebar melalui transfusi darah atau berbagi jarum suntik dengan penderita serta kontak dengan kulit atau selaput lendir yang telah terinfeksi, contohnya luka di kulit bagian tubuh.
“Dari 12 orang yang diperiksa, hasilnya tidak ada yang terindikasi atau seluruhnya non reaktif terhadap PMS maupun penyakit menular lainnya,” pungkasnya.(Ar)