Foto : Tim dokter hewan dari Disnakan dan Keswan Paluta memeriksa kondisi kerbau yang diduga terserang penyakit SE atau ngorok. |
PADANG LAWAS UTARA - Puluhan ekor ternak kerbau mati secara mendadak di wilayah kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta). Ternak kerbau tersebut diduga terserang penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau penyakit ngorok.
Kepala Dinas Perikanan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Paluta Sapri Dewasa Simamora melalui Kabid Keswan dan Kesmavet Drh Samsul Bahri Siregar menyebutkan bahwa pihaknya sudah turun dan melakukan penanganan serta pengobatan.
"Melihat kondisi dan gejala klinis yang terjadi, untuk sementara kita menduga penyebab kematian ternak tersebut diakibatkan terserang penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau penyakit ngorok," katanya, Jumat (25/11/2022).
Untuk gejala klinis, hewan yang terserang SE atau ngorok yakni terjadi peningkatan suhu tubuh, denyut jantung, hewan terbaring, timbul leleran, anoreksia, dan tingkat kematian yang cukup tinggi.
Samsul menduga penularan penyakit SE terhadap puluhan ternak kerbau tersebut melalui kontak antar ternak, baik makanan dan minuman serta alat tercemar. Kemudian akibat eksreta hewan penderita (saliva, kelih dan tinja), kemudian bakteri yang jatuh di tanah atau rumput dan menulari hewan yang digembalakan secara bebas di daerah itu.
"Kita mendapat informasinya pada hari Selasa (22/11) dan sudah dua kali turun melakukan pengobatan langsung serta memberikan edukasi kepada warga terkait penyakit ini," katanya.
Pihaknya juga sudah melaporkan dan berkoordinasi atas kejadian ini ke pihak Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) serta Balai Veteriner Medan.
Kendati menemukan puluhan ternak kerbau mati mendadak, pihaknya masih menunggu instruksi lebih lanjut dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut untuk menetapkan status wabah penyakit SE ini.
"Untuk sementara kita duga karena penyakit SE atau ngorok dan kita terus berkoordinasi kepada pihak balai veteriner Medan untuk pengambilan sampel dalam menentukan kepastian wabah penyakit yang menyerang ini," jelasnya.
Samsul menambahkan, sesuai data yang diperoleh hingga saat ini sudah ada sekitar 36 ekor kerbau yang mati maupun harus dipotong paksa oleh warga akibat terserang penyakit ini.
Sebagai langkah dan antisipasi awal untuk mencegah penularan terhadap penyakit ngorok ini, pihaknya sudah mengedukasi peternak terkait penanganannya serta meninggalkan (drop) obat untuk antisipasi penyakit tersebut.
"Obat dan suntik sudah kita bagikan dan melatih peternak untuk melakukan pengobatan jika ada ternaknya yang mengalami gejalanya agar langsung diobati," jelasnya.
Untuk itu, ia menghimbau masyarakat khususnya peternak agar menyampaikan kepada pihak Dinas Peternakan Paluta jika ingin melakukan vaksin terhadap ternak dalam mengantisipasi penyakit SE ini agar tidak berjangkit.
Sementara, menurut keterangan dari salah seorang pemilik ternak Marakali Harahap warga desa Tanjung Botung, kecamatan Simangambat menyampaikan bahwa wabah penyakit tersebut sudah berlangsung sekitar satu minggu.
Katanya, kerbau miliknya tiba-tiba seperti terlihat sesak nafas dan batuk kemudian lemas terbaring dan mati hanya dalam jangka 1-2 hari setelah terlihat gejala.
"Kami tidak tahu apa penyebabnya, dalam 4 hari belakangan ini sudah puluhan ternak yang mati secara bertahap," katanya, Jumat (25/11/2022).
Ia menyebutkan, bahwa pihak Dinas Peternakan Paluta sudah turun dan melakukan pengobatan terutama kepada kerbau yang sudah terjangkit penyakit.
Senada, anggota DPRD Paluta dari Partai Bulan Bintang Akhiruddin Ritonga yang juga merupakan putra daerah Simangambat serta merupakan salah seorang pemilik kerbau menyebutkan bahwa atas kejadian itu, masyarakat mengalami kerugian materi yang cukup besar dikarenakan jumlah ternak kerbau yang mati sudah hampir mencapai 40 ekor.
Untuk itu, dirinya berharap pihak Dinas Peternakan Paluta juga menurunkan tim untuk menyelidikan kasus tersebut, dan mencari tahu asal mula penyakit SE tersebut masuk ke wilayah Paluta serta upaya pencegahan penyebarannya karena tingkat kematiannya sangat tinggi jika sudah terjangkit.
"Terima kasih kepada Dinas Peternakan Paluta beserta tim dokter hewan yang cepat merespons dan langsung turun ke lapangan untuk memeriksa dan mengobati ternak kerbau yang masih hidup yang diduga terserang penyakit ngorok," ucapnya.(Ar)