Sejak Tahun 2018 Dinkes Paluta Catat 33 Kasus HIV/AIDS, 20 Penderita Meninggal Dunia

Redaksi Dalto Media
Kamis, 19 Januari 2023 | 22:17 WIB Last Updated 2023-01-19T15:17:12Z

Foto : Kadis Kesehatan Paluta dr Sri Prihatin Harahap.

PADANG LAWAS UTARA - Selama rentang waktu tahun 2018 hingga tahun 2022, Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) mencatat sebanyak 33 kasus penderita HIV/AIDS yang ditangani.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Paluta dr Sri Prihatin Harahap didampingi Kabid P2P dr Afrida Henny Simamora bersama Dewi Sartika Siregar sebagai pemegang program HIV/AIDS pada Dinkes Paluta, Kamis (19/01/2023).

Katanya, dari 33 kasus yang tercatat dan ditangani tersebut, sebanyak 20 orang penderita sudah meninggal dunia.

"Data terakhir pada Desember 2022, ada 13 orang yang tercatat dan kita tangani. Dari keseluruhan penderita saat ini, 6 orang masih rutin minum obat, 6 orang lagi tidak mau minum obat tapi tetap kita dampingi dan berikan konseling secara rutin. Sedangkan yang satu orang lagi sudah lost follow up atau tidak diketahui keberadaannya lagi," terangnya.

Dijelaskannya, dari seluruh penderita yang saat ini terus ditangani, ada 3 orang penderita perempuan dan sisanya adalah pria. Ia menambahkan, 4 orang penderita tersebut adalah orang dengan HIV atau penderita yang suami istri.

Selain itu, selama tahun 2022 ada penambahan kasus sebanyak 10 orang yang ditemukan dan ditangani pihaknya. Namun selama tahun 2022 juga ada 7 orang penderita yang meninggal dunia.

"Sebagian besar penderita merupakan warga yang tinggal diluar daerah dan terjangkit HIV/AIDS didaerah tempat ia berdomisili atau merantau dan saat sudah terjangkit, penderita pulang kampung ke daerah Paluta dan terdeteksi serta kita berikan pendampingan dan pengobatan," katanya.

Masih menurut Sri, penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit yang bisa tertular dari beberapa aspek antara lain akibat pergaulan bebas yang salah satu contohnya yaitu hubungan seks bebas, penggunaan narkoba yang menggunakan satu jarum suntik bersamaan, transfusi darah, ASI dan hal lainnya. 

Ia menambahkan, untuk menemukan penderita penyakit HIV/AIDS ini cukup sulit karena penderita cenderung berpikiran apabila orang lain tahu akan penyakit yang dideritanya, penderita merasa malu dan menganggap penyakit tersebut adalah aib serta sebagian lagi tidak percaya terhadap hasil diagnosa sehingga tidak mau menjalani pengobatan serta melakukan kontrol ke petugas atau fasilitas pelayanan kesehatan.

Sebab katanya, Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS dan sejatinya AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV yang pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.

Ia juga meminta masyarakat agar tidak memberikan stigma negatif terhadap penyakit ini dan jangan mengucilkan penderita HIV/AIDS, sebab sebagian dari penderita merupakan korban.

"Sebaiknya kita jangan mempunyai stigma jelek terhadap penderita HIV/AIDS. Jangan kita anggap orang-orang penderita HIV dengan kehidupan yang tidak baik, karena ada juga sebagian yang korban penularan," imbaunya.

Untuk saat ini, pihaknya melalui petugas kesehatan terus gencar melakukan penyuluhan dan deteksi dini dengan sasaran utama yakni populasi kunci yang terdiri dari PSK, Waria, LSL (Lelaki Seks Lelaki) dan Pengguna Napza Suntik (Penasu).

Kemudian populasi khusus yang terdiri dari ibu hamil, pasien TB, pasien hepatitis, pasien Infeksi Menular Seksual (IMS), Warga Binaan Penjara (WBP), Calon pengantin (Catin) dan pasangan ODIV/ODHA.

"Untuk menanggulangi kasus HIV/AIDS membutuhkan penanganan yang serius. Untuk itu, guna menanggulanginya tidak cukup hanya dari pihak Dinkes, Komisi Penanggulangan HIV/AIDS atau aktivis peduli HIV/AIDS saja, namun harus melibatkan semua  elemen masyarakat," tegasnya.

Pada kesempatan ini ia juga berpesan, apabila memang sudah dinyatakan positif terinfeksi, maka diharapkan penderita mengikuti pengobatan dengan baik dan berobatlah meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS, akan tetapi ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.(AR)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Sejak Tahun 2018 Dinkes Paluta Catat 33 Kasus HIV/AIDS, 20 Penderita Meninggal Dunia

Trending Now

Iklan