Foto : Kabid P2P Dinkes Paluta dr Afrida Henny Simamora. (Istimewa) |
PADANG LAWAS UTARA - Selama tahun 2022, ada 587 orang pasien penderita Tuberkulosis (TBC) atau TB yang ditangani dan diobati oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta).
Hal ini disampaikan Kepala Dinkes kabupaten Paluta dr Sri Prihatin Harahap melalui Kabid P2P dr Afrida Henny Simamora, Senin (20/2/2023).
"Selama 2022 ada 587 pasien kasus TB yang ditangani dan diobati. Dari total tersebut, ada 13 orang yang meninggal dunia," terangnya.
Karena itu, dalam mencegah penularan TB, pihak Dinkes Kabupaten Paluta gencar mengedepankan upaya promotif dan preventif diiringi dengan upaya kuratif.
Sebab katanya, melalui upaya promotif dan preventif yang artinya untuk pencegahan menyosialisasikan kepada masyarakat bahaya TBC dan cara mencegah penularannya serta pemberian vaksin kepada anak-anak.
"Mencegah itu lebih baik dari pada mengobati. Artinya kalau kita mencegah, berarti upaya promotif dan preventif yang harus ditingkatkan diiringi upaya kuratif atau pengobatan bagi pasien yang sudah positif dan ditangani sampai sembuh," tambahnya.
Selain itu, Afrida menyampaikan, kepada masyarakat yang ingin memeriksakan diri terkait TB, Dinkes Paluta saat ini memiliki 2 Fasyankes rujukan layanan TCM (Tes Cepat Molekuler) yaitu RSUD Gunungtua di Aek Haruaya dan Puskesmas Gunungtua untuk pemeriksaan gejala TB secara gratis.
Untuk pasien atau masyarakat yang mengidap TB, dihimbau agar disiplin minum obat yang diberikan secara gratis dan menjaga kebersihan lingkungan.
"Pasien harus disiplin minum obat dan juga menjaga agar tidak menularkan ke orang lain, seperti tidak boleh meludah sembarangan atau bercampur gelas dan tempat makanan karena itu bisa menularkan serta harus tetap menjaga kebersihan lingkungan dan pola hidup yang sehat," jelasnya.
Sebab menurutnya, kalau sudah ada pasien TB dalam satu rumah biasanya tidak cuma satu yang kena, istri atau suaminya maupun anak-anaknya akan tertular juga dan harus di cek semuanya untuk meningkatkan jangkauan.
Ia juga mengatakan bahwasanya Dinas Kesehatan tidak bisa bekerja sendiri untuk menangani TBC dan harus ada kerjasama serta daya dukung dari lintas sektor yang lain agar target eliminasi TB dapat tercapai.
"Kerjasama lintas sektoral sangat penting yang intinya bukan hanya bagaimana kita menemukan pasien TB dan kita obati sampai sembuh, namun juga melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat untuk pencegahan sebagai upaya eliminasi TB di Indonesia," pungkasnya.(AR)